Tak Ingin Mudah Diprofiling di Media Sosial, Lakukan Tips Ini

Kebocoran data pribadi akibat profiling di media sosial oleh pihak yang tidak bertanggungjawab jelas sangat merugikan. privasi ini terkadang diambil tanpa sepengetahuan pengguna media sosial. Karena itu perlu melakukan beberapa tindakan agar terhindar dari profiling di media sosial.

Banyak orang yang meyakini bahwa akun jejaring sosial yang berbeda pada platform yang berbeda tidak akan ditautkan selama mereka tidak memberikan izin ke tautan ini. Namun, menurut Diane Gan dari Department of Computing & Information Systems, Faculty of Architecture, Computing and Humanities, University of Greenwich, London, sebagaimana dikutip Tempo dari artikelnya berjudul “Social Networking Privacy – Who’s Stalking You?”, informasi yang dikumpulkan secara online memungkinkan lebih banyak privasi yang bocor. Sebanyak 39 persen pengguna media sosial pernah mengalami peretasan profil dan 78 persen pencuri telah menggunakan jaringan media sosial untuk memilih korban mereka.

Pengungkapan privasi dan penyalahgunaannya dapat menyebabkan ketidaknyamanan personal. Jejaring sosial memberi penggunanya akses interaksi online dengan pengguna lain secara lebih dekat, oleh karena itu, perlu adanya kontrol akses informasi, transaksi informasi, masalah privasi, koneksi dan hubungan di media sosial, dan lainnya.

Untuk memanfaatkan jejaring sosial sebaik-baiknya sekaligus menghindari risiko, pengguna perlu memahami dan mengikuti serangkaian tips dan trik yang mudah diingat dan sangat efektif berikut ini:

1. Berhati-hatilah dalam membagikan apa pun di media sosial

Saat menggunakan situs jejaring sosial, pengguna memiliki opsi untuk berbagi detail pribadi dengan teman dan pengikut. Meskipun berbagi beberapa informasi tidak apa-apa, namun mengungkapkan terlalu banyak privasi juga bukan tindakan bijak.

Demi keamanan pribadi, sebaiknya jangan mengungkapkan tanggal dan tempat lahir, alamat rumah atau nomor telepon. Selain itu, sangat penting bagi pengguna media sosial untuk tidak pernah mengungkapkan nomor kartu kredit, informasi perbankan, kata sandi, atau nomor jaminan sosial mereka di situs jejaring mana pun.

2. Sesuaikan pengaturan privasi

Hampir semua situs jejaring sosial memiliki pengaturan privasi yang telah ditentukan sebelumnya. Pengguna sering merasa bahwa pengaturan ini sudah cukup dan tidak pernah berusaha untuk membuat perubahan.

Mengubah pengaturan privasi pengguna dapat memungkinkan pemegang akun untuk memblokir orang asing dan orang-orang yang tidak berteman dengan mereka untuk melihat informasi pribadinya.

Pengaturan ini juga membatasi informasi apa yang tersedia di hasil pencarian. Misalnya, Facebook memungkinkan pemegang akun untuk mengubah pengaturan mereka sehingga hanya teman, teman dan jaringan, grup tertentu, atau hanya saya.

3. Batasi detail tentang pekerjaan

Di beberapa situs media sosial, seperti Facebook, pengguna dapat mengunggah resume dan informasi lain yang berkaitan dengan pekerjaan. Informasi terkait pekerjaan dapat mengungkapkan terlalu banyak tentang kehidupan pribadi seseorang dan dapat memberikan privasi kepada cyber crime yang dapat membantu mereka meretas akun seseorang.

4. Ketahui kebijakan privasi pengguna

Ketika seseorang bergabung dengan situs jejaring sosial, mereka harus memahami bagaimana situs tersebut menggunakan privasi mereka. Detail pribadi pengguna dapat dibagikan dengan mitra, pengiklan, atau perusahaan luar lainnya. Membaca kebijakan privasi platform media sosial akan menjelaskan dengan tepat bagaimana privasi digunakan.

5. Jaga kata sandi tetap kuat

Membuat kata sandi yang kuat akan mencegah cyber crime mendapatkan akses ke akun seseorang dan menggunakannya untuk mengirim spam. Saat membuat kata sandi, penting untuk memilih kata sandi yang terdiri dari tidak kurang dari delapan karakter. Karakter harus terdiri dari huruf dan angka dan harus diganti kira-kira setiap tiga bulan. Menggunakan alat pembuat kata sandi dapat membantu.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

#Jagajarak #Pakaimasker #Cucitangan